Friday, May 07, 2004

NU, Politik dan Jabatan Menteri

--- In kmnu2000@yahoogroups.com, "Hakim, Amrullah" wrote:

Halo kawan-kawan ysh:

Saya juga menyampaikan kekecewaan saya terhadap pencalonan resmi Hasyim Muzadi sebagai wapres(terlebih setelah melihat wawancara di TV7 semalam).

8. Apakah tidak lebih baik, seorang Ketum PBNU tetap sebagai fungsinya, dan mencoba memperjuangkan kaum intelektual NU yang sudah belajar tinggi, memiliki integritas, komitmen dan kompetensi yang tinggi untuk, misalnya, menjadi menteri, sehingga benar2 kader NU yang profesional yang menjabat

Salam,
Amrul

***

Saya sangat sepakat dengan pendapat mas Amrul pada point ke-8 ini. Mestinya PBNU "bermain" politik dengan cantik. Bukan, njelehi dan kemrungsung. PBNU, seharusnya, lebih berkonsentrasi pada pengabdian umat dan mencetak sebanyak-banyaknya kader NU yang berkualitas tinggi. Salah satunya, memfasilitasi anak-anak muda NU ke perguruan-perguruan internasional yang beken. Untuk kemudian menelorkan ilmuwan NU bertaraf internasional dan ilmuwan yang siap pakai untuk mewarnai Indonesia.

Setelah itu, kemudian, menempatkan para pakar dari anak-anak NU pada pos-pos yang tepat di kabinet. Itu kalo memungkinkan. Kalaupun tidak, minimal PBNU mencetak kader ilmuwan dari warga NU sendiri. Saya kira, meskipun baru berjumlah hitungan jari, beberapa anak muda NU berkualitas tinggi ada sebagian yang sudah menyelesaikan kuliah. Cocok, pantas, tepat, mampu, amanah, tabligh, fathonah dan siddiq untuk menempati posisi-posisi jabatan menteri. Ambil saja contoh, Mas Nano jadi Menteri Riset dan Teknologi. Jabatan yang sangat right man on the right place, bukan AS Hikam. Mas Aji Hermawan jadi Menteri Pertanian.

Contoh anak NU lain, Mbah Nadirsyah Hosen cocok dengan jabatan menteri Kehakiman. Dari dulu, melulu, hanya Yusril Ihza Mahendra. Perasaan saya, dengan dipegang Yusril, Kementerian Kehakiman bergerak ditempat. Dan terkesan, seakan-akan nggak ada pakar hukum selain Yusril di Nusantara ini. Mbok ya-o, NU, selain merebut jabatan menteri Agama, juga merebut menteri Kehakiman ini. Anak-anak NU, selain pakar hukum, ingat, mereka pakar hukum fiqh dan usuliyahnya. Sebuah nilai tambah. Bahkan stok anak muda NU pakar hukum lainnya masih ada, sekarang ini di Harvard, Yudian Wahyudi.

Selain kehakiman, saya kira, NU perlu melirik jabatan Jaksa Agung yang tak lagi bergigi semenjak ditinggal Baharudin Lopa. Sedang, untuk jabatan menteri lainnya, saya yakin, stok NU juga sudah cukup mampu bersaing, selain tiga nama di atas. Sekarang tinggal mengumpulkan dan mendata anak-anak NU berkualitas, dan menyalurkan pada tempatnya yang tepat. Menurut saya, tugas PBNU disitu: memperhatikan kualitas warga dan menyalurkan warga yang berbakat. Inilah, menurut saya, sebuah politik cantik. Di sini, NU bisa mewarnai Republik ini. Yakinlah, masa depan Indonesia di bawah telapak kaki NU. wallahu a'lam.

Usul saya, kita-kita yang di KMNU ini bisa membuat sebuah pernyataan bersama sebagai wujud keperdulian kita terhadap laju NU. Santri- santri NU yang berpendidikan, di milis ini, sudah masanya untuk memulai menggunakan "pressure", memberi masukan dan ikut "menyetir" NU dari jauh. Bagaimana?

http://groups.yahoo.com/group/kmnu2000/message/12724

No comments: