Saturday, May 08, 2004

Kiai Khos, Wali, dan Gus Dur

"Kiai khos" merupakan istilah baru dalam tradisi Islam, bahkan dalam tradisi Indonesia sekalipun. Hanya tradisi tasawuf yang membahasnya. Kiai khos diduga merupakan pelebaran istilah wali. Di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) dikenal sebagai pemelihara tradisi tasawuf. Namun, istilah kiai khos di kalangan NU sendiri merupakan fenomena baru. Bagaimana mitos "kiai khos" di NU muncul?

***

Kiai Khos, Wali, dan Gus Dur
Oleh Rizqon Khamami

Republika,
"Kiai khos" merupakan istilah baru dalam tradisi Islam, bahkan dalam tradisi Indonesia sekalipun. Hanya tradisi tasawuf yang membahasnya. Kiai khos diduga merupakan pelebaran istilah wali. Dunia wali memiliki jenjang tersendiri.

Dalam "Kasyful Mahjub", Syekh Hujwiri bercerita bahwa wali memiliki hirarki tak terlihat. Wali tertinggi dijuluki Qutub (poros). Sebagai tokoh sufi terkemuka pada masanya, Wali Qutub memimpin pertemuan teratur antar-wali. Pertemuan anggota-anggota wali tersebut tidak terhalangi oleh kesulitan waktu dan tempat. Mereka datang berkumpul dari seluruh penjuru dunia dalam sekejap mata. Menyeberang samudera, gunung, padang pasir, semudah kita melompat ke tepi jalan.

Di bawah Wali Qutub berdiri bermacam tingkat wali yang ditentukan oleh kesalehan masing-masing. Syekh Hujwiri merincinya sebagai berikut: tiga ratus Wali Akhyar, empat puluh Wali Abdal, tujuh Wali Abrar, empat Wali Awtad, dan tiga orang Wali Nuqaba'. Terdapat empat ribu wali, lanjut Hujwiri, yang tersembunyi, dan wali-wali tersebut tidak saling kenal. Bahkan tidak tahu bahwa dirinya adalah seorang wali, begitu pula manusia lain.

Seorang wali, tulis R A Nicholson dalam "The Mystics of Islam", disertai dengan petunjuk adanya karomah. Dikatakan, karomah adalah anugerah Allah bagi para waliyullah (jamak: auliya). Sedang ma'unah diberikan kepada siapa saja orang mukmin yang dikehendaki-Nya.Dalam penelitian Nicholson, tradisi karomah dalam Islam kebanyakan berkenaan dengan ramal-meramal dan pembacaan hati seseorang. Tidak lebih. Dicontohkanlah karomah yang dimiliki oleh beberapa wali, seperti Abu Sa'id ibn Abi al-Khoir dan Ibnu al-Farid, untuk menyebut beberapa contoh saja. Ahli keislaman dari Barat ini heran, tradisi karomah dalam Islam, kenapa hanya sekitar itu-itu saja? Dan kita layak bertanya, kenapa tidak, misalnya, mampu membuat emas, lalu dibagikan kepada rakyat Indonesia yang miskin? Dan membuat Indonesia seketika menjadi negara makmur. Atau lebih luas lagi, mengembalikan masa kejayaan Islam dalam sekedip mata seperti pada abad-abad awal kebangkitan. Malahan, menurut kelompok Islam modernis, justru ajaran sufi menyebabkan dunia Islam mundur.

Dalam Al Hikam, Syekh Atha'illah menegaskan bahwa tidak semua para wali, selama di dunia, dianugerahi karomah. Bisa saja karomah ditangguhkan untuk kelak di akhirat. Dan karomah, masih menurut Syekh Atha'illah, bukan satu-satunya tanda kewalian. Melakukan ritual sufi janganlah dimaksudkan demi kasyaf, karomah, dan sebangsanya. Tujuan yang merusak niat, karenanya marfudl, ditolak.

Tradisi sufi telah memunculkan banyak tokoh suci nan ikhlas. Salah satu contoh adalah Rabi'ah al-Adawiyah. Disebut-sebut, Rabi'ah adalah wali dari kalangan wanita. Kendati begitu, wali wanita ini tidak menyebut dirinya waliyullah. Dalam perenungannya Rabi'ah hanya mengungkapkan tentang bagaimana seorang 'abid (hamba Allah) masuk dalam kelompok khos atau tidak. Menurutnya, ibadah seseorang yang masih dalam tingkatan awam hanya diniatkan untuk mendapatkan balasan surga dan neraka. Sedang pada tingkatan khos, digerakkan semata-mata oleh hub (cinta). Karena itu, lantaran kedalaman hati, khos atau tidaknya seseorang sulit untuk diketahui.

Meskipun NU pemelihara tradisi tasawuf, namun istilah kiai khos di kalangan NU sendiri merupakan fenomena baru. Kemunculan istilah ini, saya duga, baru muncul satu dekade silam. Selama rentang delapan dekade usia NU, istilah ini sama sekali tidak sepopuler dibanding pada masa belakangan ini. Dan karenanya, lalu, PBNU meminta masyarakat untuk tidak menggunakan istilah kiai khos sejak tanggal 21 April 2004. Konon, karena memecah belah dunia perkiaian.

Bagaimana mitos "kiai khos" di NU muncul? Mitos ini tidak lepas dari peran KH Abdurrahman Wahid. Muncul, tepatnya, sejak pasca muktamar NU Krapyak. Diawali sejak sepeninggal Mbah Ali Maksum, guru dan pengayom Gus Dur. Menguat dengan wafatnya KH Ahmad Siddiq. Dengan hilangnya dua tokoh sepuh ini Gus Dur nyaris tanpa pembela. Posisi Gus Dur sangat rentan.

Apalagi, langkah Gus Dur sudah sejak awal bermuatan politis. Salah satunya, perlindungan Gus Dur atas orang yang paling bertanggung jawab atas kasus Tanjung Priok, Jenderal LB Moerdani. Dua orang ini "blasak-blusuk" ke sejumlah pesantren besar NU. Pada satu kesempatan, Mbah Liem (KH Muslim Imampuro), Klaten mengalungkan sorban. Menurut sumber yang dekat dengan penulis, pengalungan tersebut, konon, adalah sebuah doa dan simbolik "kasyaf" beliau bahwa tidak lama lagi Moerdani akan tercampak dari panggung nasional. Dan terbukti. Sejak itu Mbah Liem disebut-sebut sebagai kiai khos.

Langkah politik Gus Dur makin mantap ketika jajaran kiai khos bertambah dengan masuknya sejumlah tokoh sepuh, tiga Abdullah: Salam, Faqih, dan Abbas. Momentum paling tepat untuk melukiskan peran "kiai khos" ini adalah pada awal reformasi. Dengan mengatas-namakan keputusan mereka, Gus Dur, disertai satu langkah jitu, meraup dukungan warga NU tanpa 'reserve'. Pihak non-NU, demikian pula, tidak ragu-ragu untuk mencalonkannya menjadi presiden. Insting politik dan kecerdasan Gus Dur menghasilkan buah.

Saya tidak setuju dengan pendapat umum bahwa "Gus Dur memanfaatkan para kiai untuk kepentingannya. Kini, banyak kiai sudah mulai sadar "dikibuli", dan pelan-pelan memberontak". Pembacaan ini, menurut saya, tidak tepat. Karena seakan-akan menempatkan para kiai sepuh sebagai pihak yang "dikerjain". Tapi, bagi saya, keadaan yang ada justru sebaliknya.

Dengan kenyataan beberapa kiai sepuh berhasil dimunculkan oleh Gus Dur menjadi kiai khos, di situ tampak kearifan para kiai dan sekaligus kepiawaian Gus Dur. Antara Gus Dur dengan para kiai khos terjalin 'simbiosis mutualisme', saling menguntungkan. Meskipun berangkat dari niat ikhlas semata-mata, namun bagi para kiai sepuh pemberian gelar tersebut berdampak cukup besar terhadap posisi sosial, politik, dan bahkan ekonomis mereka. Antara Gus Dur dan kiai khos saling membantu pribadi masing-masing untuk muncul sebagai tokoh nasional yang disegani. Gus Dur dalam lapangan politik, para kiai sepuh pada lahan spiritual.

Dalam bahasa Moeslim Abdurrahman, Gus Dur sangat cerdas memainkan peran khadam bagi kiai-kiai pesantren. Dan para kiai sendiri, saya amati, berharap bahwa Gus Dur bisa menjembatani aspirasi mereka dalam dunia politik. Antara Gus Dur dan para kiai saling melengkapi. Tumbu ketemu tutupe, klop sudah.

Yang sangat mencolok, semua tokoh yang disebut-sebut sebagai kiai khos merupakan kiai sepuh PKB. Tidak satu pun kita jumpai kiai sepuh dari pendukung PPP. Jadi, kiai khos merupakan "kuda politik" Gus Dur. Campur tangan PBNU dalam penghapusan istilah ini dari panggung nasional tidak akan berpengaruh apa-apa selama Gus Dur masih lincah bermain politik. Pertanyaan yang layak diajukan: kenapa imbauan PBNU ini baru dikeluarkan ketika menjelang pemilihan presiden RI?

© 2003 Hak Cipta oleh Republika Online

http://www.republika.co.id/ASP/kolom_detail.asp?id=160253&kat_id=16

5 comments:

yovi said...

Bahwa menurut KH.Wahfiuddin salah satu Kiai Internasional yang selalu mengisi acara kerohanian di salah satu TV Swasta juga, Bahkan beliaulah yang mengantarkan Syekh Nazim.ra dan syekh Kabbany ra. ke Suryalaya. Beliau hadir disana sebagai penterjemah Syekh Nazim Al-Adil Al-Haqqani r.a . Dan KH. Wahfiuddin ini adalah salah satu juga orang kepercayaan Syekh Nazim ra. Menurut beliau : “Tidak adanya bai’at Abah Anom oleh Syekh Nazim ra.” Dan untuk lebih jelasnya silahkan hub. beliau untuk minta penjelasan dan tanyakan proses kenapa Syekh Nazim ra dan Syekh Kabbany datang ke Suryalaya. KH.Wahfiuddin pernah berceramah di kampus IAILM Suryalaya menerangkan bagaimana proses Syekh Nazim ra sehingga ingin sekali bersilaturahmi dengan seorang Mursyid Kammil Mukammil yang berada di Timur jauh (Pondok Pesantren Suryalaya). Ini salah satu karomah Syeh A. Shohibul Wafa Tajul Arifin jauh sebelum Syeh Nazim datang Syeh A. Shohibul Wafa Tajul Arifin telah mengabarkan akan kedatangannya dan terbukti beberapa tahun kemudian Syeh Nazim datang berkunjung menemui beliau….Subhanalloh.

As-Sayyid Al-‘Alamah Al-‘Arif billah Syekh Mohammad Nazim Adil al-Haqqani ra. telah menegaskan : Maka Anda sekalian para hadirin, ambillah Nur Illahi itu dari QOLBU SYEIKH AHMAD SHOHIBUL WAFA TAJUL ARIFIN saat ini. Mumpung beliau masih ada, mumpung beliau masih hadir di tengah kita, SULUTKAN NUR ILLAHI dari QOLBU BELIAU kepada qolbu anda masing-masing.
Di hadapan beliau SAYA TERLALU MALU UNTUK TIDAK MENGAMBIL apa yang ada pada QOLBU BELIAU. Saya malu untuk berbicara hanya dengan apa yang ada pada qolbu saya sendiri.
... Lihat Selengkapnya
ini ada cerita menarik Subhan teman Dosen IAILM Suryalaya pernah berkunjung ke Martapura silaturahmi kepada Wali Mursyid yg masyhur yang di kunjungi para alim ulama Habaib dari belahan Dunia Alimul ‘allamah Al ‘Arif Billah Asy-Syekh H. Muhammad Zaini Abd. Ghani ( Tuan Guru Ijai ) bin Al ‘arif Billah Syekh Abd. Ghani bin Syekh Abd. Manaf bin Syekh Muh. Seman bin Syekh. M, Sa’ad bin Syekh Abdullah bin ‘Alimul ‘allamah Mufti Syekh. M. Khalid bin ‘Alimul ‘allamah Khalifah Syekh. Hasanuddin bin Syekh Muhammad Arsyad bin Abdullah bin Abdur Rahman al-Banjari bin Sayyid Abu Bakar bin Sayyid Abdullah al-’Aidrus bin Sayyid Abu Bakar as-Sakran bin Sayyid Abdur Rahman as-Saqqaf bin Sayyid Muhammad Maula ad-Dawilah al-’Aidrus. Tuan Guru Ijai menyebutkan SYEH A. SHOHIBUL WAFA TAJUL ARIFIN ADALAH LAUTAN THORIQOH.

Bagi yang ingin berlangganan majalah tasawuf nuqthoh, sinthoris, atau tabloid tentang tasawuf robithoh.Bisa Hubungi Kiai Ayi abdul Jabbar dengan no. contak 081395124170.

yovi said...

KEDUDUKAN SYEIKH AHMAD SHOHIBUL WAFA TAJUL ARIFIN QS. (ABAH ANOM) DALAM PANDANGAN AL IMAM AL ALAMAH AL ARIF BILLAH AS SAYYID SYAIKH MUHAMMAD BIN ‘ALAWI AL-MALIKI AL-HASANI RA

Kisah ini diambil dari majalah nuqthoh terbitan yang no 9 tanggal 26 januari 2010 M, hal 32 dengan judul “Mengenal Abah Anom melalui pandangan batinnya” .

MENGAKUI KEMULIAAN ABAH ANOM Kurang dari 40 hari menjelang wafatnya Beliau Sayyid Muhammad Al-Maliki ra. Salah seorang santrinya asal garut bernama KH. Dodi Firmansyah ditanya oleh almarhum. Kiyai muda asal Garut tersebut terperanjat saat al-‘alamah tersebut m,enanyakan sosok guru yang telah menanamkan kalimat agung dilubuk hatinya. Lebih terkejut lagi saat Ulama tersebut “tercekat” sewaktu disebutkan nama Syekh Ahmad Shohibul wafa Tajul ‘Arifin. Secara sepontan Beliau menyebutkan bahwa Syekh ahmad Shohibul wafa Tajul ‘Arifin adalah Sulthonul Awliya fi hadza zaman ( Rajanya para wali jaman sekarang ) bahkan beliaupun menyebutkan Qoddasallohu sirrohu bukan rodliyallohu ‘anhu seperti yang kebanyakan disebutkan oleh para ikhwan. Walaupun secara dhohir Syekh Muhammad Alawy Al-Maliki belum bertemu dengan pangersa Abah namun keduanya telah mengenal di alam ruhani yang tak dibatasi ruang dan waktu.... Lihat Selengkapnya

PROFIL ATAU BIOGRAFI SAYYID MUHAMMAD BIN ‘ALAWI AL-MALIKI RA



Sayyid Prof. Dr. Muhammad ibn Sayyid ‘Alawi ibn Sayyid ‘Abbas ibn Sayyid ‘Abdul ‘Aziz al-Maliki al-Hasani al-Makki al-Asy’ari asy-Syadzili lahir di Makkah pada tahun 1365 H. Pendidikan pertamanya adalah Madrasah Al-Falah, Makkah, dimana ayah beliau Sayyid Alawi bin Abbas al Maliki sebagai guru agama di sekolah tersebut yang juga merangkap sebagai pengajar di halaqah di Haram Makki, dekat Bab As-salam.Ayah beliau, Sayyid Alwi bin Abbas Al-Maliki (kelahiran Makkah th 1328H), seorang alim ulama terkenal dan ternama di kota Makkah. Disamping aktif dalam berdawah baik di Masjidil Haram atau di kota kota lainnya yang berdekatan dengan kota Makkah seperti Thoif, Jeddah dll, Sayyid Alwi Almaliki adalah seorang alim ulama yang pertama kali memberikan ceramah di radio Saudi setelah salat Jumat dengan judul “Hadist al-Jumah” profil beliau selanjutnya bisa dibuka di alamat http://cupi-flight29.blog.friendster.com halaman atau judul Sayyid Muhammad ibn Alwi Al-Maliki

Sekilas profil KH.Dodi Firmansyah Usianya masih muda kelahiran garut tahun 1978. Sejak usia SMP ia dikenal ahli hikmah sedangkan ketertarikan dalam dunia tasawwuf ia ke Pondok Pesanttren Suryalaya sejak dimulai kelas 4 SD . Kiayi ini pernah di didik langsung oleh almarhum Al-Alamah Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki ra di mekkah selama 6 tahun. Pulang mesantren dari mekkah pada tahun 2006, kiyai ini menikah dengan Hj.Siti Fatimah putrid seorang pengusaha asal tasik Malaya dan dikaruniai putra yang diberinama M.Lutfi L. Makki Majalah Noqthoh hal. 41: Pendapat KH.Dodi tentang sosok Pangersa Abah Anom : Saya tidak bias mengungkapkannya dengan kata-kata. Cukuplah 2 pendapat Ulama kelas dunia yang mengomentarinya. Pertama ungkapan dari guru saya sendiri di mekkah, yaitu Sayyid Muhammad bin Alawy bin Abbas Al-Maliki ra. Beliau sendiri yang mengungkapkan bahwa Syekh Ahmad Shohibul wafa Tajul ‘Arifin qs. Adalah Sulthon Awliya fi Hadza Zaman dan kedua Mursyid Kammil Mukammil Thoriqoh Naqsyabandi Al-Haqqani, As-Sayyid Al-‘Alamah Al-‘Arif billah Syekh Mohammad Nazim Adil al-Haqqani, sufi kenamaan dari Cyprus yang menyebutkan Pangersa Abah (Syekh Ahmad Shohibul wafa Tajul ‘Arifin qs) adalah Sufi agung di timur jauh.

Dalam majalah sintoris (Sinar thoriqoh islam) disebutkan As-Sayyid Al-‘Alamah Al-‘Arif billah Syekh Mohammad Nazim Adil al-Haqqani ra mengatakan bahwa Syekh Ahmad Shohibul wafa Tajul ‘Arifin qs adalah wali agung ditimur jauh. hal itu pernah disampaikan juga di kampus oleh KH.Wafiuddin setelah mendampingi syekh Mohammad Nazim Adil al-Haqqani ke P.P.Suryalaya.

yovi said...

Salam Untuk Wali Mursyid

السَّلَامُ عَلَيْكَ – Salam untukmu ---
يَا مَالِكَ الزَّمَانِ wahai penguasa zaman,
وَ يَا إِمَامَ الْمَكَانِ pemimpin wilayah,
وَ يَا قَائِمَ بِأَمْرِ الرَّحْمَانِ penegak ketentuan ar-Rahman,
وَ يَا وَارِثَ الْكِتَابِ pewaris kitab,
وَ يَا نَائِبَ الرَّسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ wakil Rasulullah s.a.w.,
يَا مَنْ مِنَ السَّمَاءِ وَ الْأَرْضِ عَائِدَتُهُ yang selalu pergi pulang antara bumi dan langit,
يَا مَنْ أَهْلَ وَقْتِهِ كُلُّهُمْ عَائِلَتُهُ yang orang-orang sezamannya adalah keluarganya,
يَا مَنْ يُنَـزَّلُ الْغَيْثُ بِدَعْوَتِهِ yang diturunkan pertolongan karena doanya,
وَ يُدَرُّ الضَّرْعُ بِبَرَكَتِهِ - yang dikucurkan limpahan susu karena keberkahannya ---
وَ رَحْمَةُ اللهِ وَ بَرَكَاتُهُ - الْفَاتِحَةُ beserta rahmat Allah dan keberkahanNya, al-Fatihah…

Anonymous said...

sewaktu abah anom disuruh menghentikan letusan g.galunggung beliau menjawab TIDAK BISA ,yang bisa hanya GURUKU.dan GURU tersebut dengan KALIMAH ALLAH YANG DIBAWANYA SANGGUP MENGHENTIKAN LETUSAN ITU,CARI YANG DIANGGAP GURU OLEH ABA ANOM.DIA SULTAN AULIYAH JAMAN INI YANG DISEMBUNYIKAN

Anonymous said...

Jika ada yg dapat melenyapkan benda / tongkat (melenyapkan tanpa bekas) yang ada pada diriKu, kemudian menginjak kupiahku (tanpa ada efek buruk baginya setelah itu), serta dapat melenyapkan Tasbih ku, yg kesemuanya itu tentu dari tempatnya yang bersangkutan, maka kusiapkan baginya sebagai wali Aimah. (menggantikan yang akan "Mangkat" )


Ditunggu, ...
direspon jika ada yang berhasil. jika tidak ada... maka tidak ada responku di sini. ...............