Sunday, February 10, 2008

Nasib Mie-ku Tercinta

Pesawat North-West dengan nomor penerbangan NW-20 tiba di airport Minneapolis disambut kumpulan salju. Meskipun matahari bersinar cerah, salju tampak dari jendela bandara berjatuhan. Pagi yang indah. Ini pengalaman pertama saya melihat langsung keindahan salju dan sekaligus pengalaman pertama ke Amerika Serikat dalam mengikuti program Visiting Leaderships atas undangan Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat dari tanggal 8 Februari hingga 1 Maret 2008. Meskipun cukup lama di luar negeri, 13 tahun –Iraq dan India-- saya menetap dan singgah di negara-negara tidak bersalju kala musim dingin. Perjalanan yang mengesankan. Tidak lupa saya membawa-serta mie andalanku, mie goreng instan rasa ayam. Ingin tahu bagaimana cerita nasib mie tersayangku?



Memasuki ruang pemeriksaan imigrasi saya berdebar. Pemegang visa AS tidak serta merta bisa lolos pemeriksaan yang dikenal ketat setelah peristiwa WTC 11 September. Jujur, saya agak gugup menapak masuk ruang tersebut, kaki mulai bergetar. Apalagi di pagi dingin itu, jempol kaki menari-nari ingin lari. “Tenang saja lah”, sergap hati saya mencoba berdamai dengan diri sendiri. Rasanya tidak mudah, apalagi begitu banyak cerita teman-teman yang sudah pernah berangkat lebih dulu tentang kesulitan sesi imigrasi ini.

Pemeriksaan di bandara AS tidak cukup sekali, begitu cerita beberapa diantara mereka. Benar saja. Saya tidak cukup beruntung pada pemeriksaan kali ini, saya dilempar ke pemeriksaan lapis kedua, secondary inspection. Mungkin karena nama yang terlalu Arab, atau mungkin karena wajah terlihat terroris --padahal saya sudah mencukup jenggot manis saya. Entahlah. Ini berbeda dengan negara-negara lain yang pernah saya kunjungi. Alhamdulillah, pemeriksaan tidak terlalu ketat, meski berlangsung cukup lama, dari pukul 11 hingga 1 siang. Saya keluar dari ruang pemeriksaan itu di saat sudah tidak ada lagi orang, padahal saya adalah termasuk orang pertama dalam rombongan penerbangan tersebut yang masuk kamar pemeriksaan tersebut. Dan tidak sedikit orang digiring seperti saya, dari berbagai jenis kulit dan bangsa, bahkan ada diantara mereka menjawab petugas imigrasi dengan bahasa Tarzan. Ternyata, proses yang saya lalui menjadi lama karena si pemeriksa, petugas cewek, cantik dan muda, belum begitu pengalaman memasukkan data ke komputer. Oaaaalah. Lega.

Dari Minneapolis saya melanjutkan perjalanan menuju Washington DC. Sebelum menuju pintu penerbangan berikutnya tas dan barang bawaan saya melewati pemeriksaan X-ray yang ketat.
”Anda dari mana?”
”Indonesia.” Jawab saya mantap, bangga dengan Tanah Leluhur.
”Anda membawa ayam?”
”Tidak.”
“Tanaman atau binatang?”
“Tidak ada.”
”Makanan?”
”Iya, mie instan.”
Saya membawa satu kerdus penuh berisi mie goreng rasa ayam. Mie favorit kala malam-malam begadang. Saya sengaja membawanya, jujur saja, atas nama pengiritan. Dasar orang kampung.
”Apapun makanan yang terkait dengan ayam,” Ujarnya sontak dengan wajah galak, ”tidak boleh masuk ke AS terutama dari negara-negara terkena flu burung. Seperti Indonesia, Malaysia, Cina dan lain-lain”
Saya menatap lunglai mie satu kerdus dilempar begitu saja ke tong sampah airport. Saya lemas, tidak tahu harus bagaimana, ingat saat terburu-buru beli dan mengepak bekejaran dengan waktu keberangkatan. Malang nian mie tercintai. Good bye, mie-ku sayang. Ku kubur dirimu di tanah AS. Temui aku di sorga nanti.

(Ditoreh oleh Rizqon Khamami, peserta program Visiting Leaderships-USA 2008)

4 comments:

Anonymous said...

Haha...

Saya dulu bawa banyak mie aman2 saja tuh... Namun sebenarnya tidak perlu khawatir karena biasanya banyak tersedia di Asian/Chinese Grocery...

Anonymous said...

wahhh..seperti itu ya pemeriksaannya? Padalah mie instan juga makanan fave saya tapi saya blum pernah kemana-mana jadi blum ngrasain dech pemeriksaan kaya gitu...hiks

Doain yaa..supaya saya juga bisa pergi ke US..

Anonymous said...

Wah, sayang sekali mas. Padahal kalau bilang hanya instant noodle, hanya untuk menghemat pengeluar. Pasti boleh :)

BTW, sampeyan bareng mas Nur Hidayat juga ya ke sana?

-Oton

aqiqah said...

waduh eman banget yo mas mungkin di suruh makan ala amerika aja kali mas mie nya nunggu kalo pulang lagi he...he...salam kenal mas