Sunday, December 12, 2004

NU & Kemandirian Dana

Saya sepakat dengan salah satu poin penting mbah Nadir: NU butuh kemandirian dana. Dan refleksi mas Nano, makin menggugah. Soal kemandirian dana ini, saya kok teringat email-email pendek mas Muhamad Nuridin dari Lakpesdam yang bercerita: teman-teman NU di Indonesia lagi berpikir dan bekerja keras seputar bagaimana mengembankan ekonomi kalangan Nahdliyin. Apa isinya?

***

Mas Nano,

Refleksi sampeyan sangat menyentuh. Saya sepakat, kasus penting dan sangat menarik untuk dikaji dan diulas --menyontek pendapat syekh Nadirsyah Hosen-- adalah kemandirian dana. Sama seperti sampeyan, lama saya termenung membaca polemik cerdas antara Cak Zuhairi, penulis ngetop dunia & akherat, dan mbah Nadir --kiai muda yang kalo dicium tangannya bau jengkol.

Sekali lagi saya sepakat dengan salah satu poin penting mbah Nadir: NU butuh kemandirian dana. Dan refleksi sampeyan, mas Nano, makin menggugah saya untuk lebih kencang berpikir.

Soal kemandirian dana ini, saya kok teringat email-email pendek mas Muhamad Nuridin dari Lakpesdam yang bercerita: teman-teman NU di Indonesia lagi berpikir dan bekerja keras seputar bagaimana mengembankan ekonomi kalangan Nahdliyin. Bahkan, salah satu alternatifnya, konon, berencana mengadopsi pengembangan ekonomi model Al-Arqom. Mendengar cerita ini saya bergumam keras: salut dan mendukung sepenuhnya.

Di sisi lain, teman-teman KOMMIT (Komunitas Muda untuk Indonesia Bangkit) juga sedang menggagas ide pengembangan ekonomi tersebut. Mas Dodik Ariyanto, mas Rochland Yoseph, mas Mukhlisin, mas Oman, dan teman-teman KOMMIT lainnya, sangat antusias membincangkan soal ini. Harap diketahui, KOMMIT ini adalah wadah baru anak-anak muda NU yang bergulat di wilayah umum, dan tidak sedikit dari mereka yang bergelut di bidang sains, seperti mas Faizul Ishom, atau mas Agus Zainal Arifin. Dua orang terakhir ini sedang "nyantri" di Jepang.

Membaca langkah khidmah teman-teman KOMMIT, saya melihat NU seakan-akan mendapat berkah SDM yang luar biasa. Dan saya sangat-sangat percaya, kalo saja teman-teman "umum" ini diberi peran untuk ngurusin wilayah-wilayah kosong NU, manajemen misalnya, perekonomian Nahdliyin pasti akan "meledak" hebat. Tidak mustahil, beberapa tahun mendatang, cerita Nahdlatul Tujjar akan kembali dapat kita saksikan.

Dalam hitungan tahun ke depan, saya yakin, "Kemandirian dana" di NU bukanlah barang mustahil. (Catatan: berikan suatu tugas kepada ahlinya). Dalam kacamata saya, permasalahan yang cukup pelik di NU sekarang ini, tidak adanya kemauan elit-elit NU untuk berbagi tugas. Kesan yang terbaca, para elit NU menginginkan seakan-akan Surga (dalam pengertian leksikon dan kias) agar menjadi milik mereka saja. Mereka kagak mau berbagi kesempatan kepada orang lain agar setiap orang dapat menyimpan tabungan pahala. Padahal, para elit NU kebanyakan cuman menguasai kitab kuning. Mampukah mereka ngurusin ekonomi? Nehi, seperti kata orang India. Lihat saja Kopontren (koperasi pondok pesantren), mana pernah maju-maju? Wong, kiai, kok, maksain diri ngurusin manajemen koperasi.

Saya lihat, kader-kader NU untuk bidang-bidang umum sudah tidak terhitung. Persoalannya, bisakah NU memenfaatkan tenaga dan keahlian mereka?

Dengan optimalisasi kader-kader NU tersebut, dan melihat semangat besar teman-teman muda NU di Indonesia, seperti cerita Mas Nuridin, serta semangat teman-teman KOMMIT, saya yakin, 'kemandirian dana' di kalangan Nahdliyin bisa teratasi. Inilah agenda penting anak-anak muda NU.

Alhamdulillah, menurut berita terakhir, Gus Mus sudah meminta data teman-teman 'umum' tersebut, berikut bidang keahliannya. Berita ini saya terima sebelum Muktamar Boyolali kemaren. Namun, dengan terpilihnya kembali Hasyim Muzadi, apakah niat Gus Mus untuk memanfaatkan tenaga-tenaga terampil kader-kader 'umum' NU dapat terlaksana? Entahlah.

http://groups.yahoo.com/group/kmnu2000/message/15540

No comments: