Tuesday, November 23, 2004

The NU convention and nonconventional Islam

The convention (Muktamar) of Nahdlatul Ulama (NU) which will be held from Nov. 28 to Dec. 2 in Donohudan, Surakarta is a focal point for the future of progressive Islam in Indonesia. The very fact that Indonesia is the world's most populous Muslim nation, and the NU is the biggest Islamic organization in the country, leads to the assumption that progressive Islam, which is the main characteristic of Indonesian Islam, would be at stake, if the views of progressive Islam are rejected during the convention. How could it be?


Tuesday, November 02, 2004

JIL, Amerika, dan Saudi

Dalam buku "The Crisis of Islam", Bernard Lewis berbicara panjang lebar seputar kenapa umat Islam gampang menyalahkan Amerika. Buku ini adalah kelanjutan tulisan Lewis sebelumnya yang cukup menggegerkan dunia, "What went wrong". Dimana letak daya tarik buku tersebut sampai menjadi best-seller?

***

Dear kawan-kawan,

Dalam buku "The Crisis of Islam", Bernard Lewis berbicara panjang lebar seputar kenapa umat Islam gampang menyalahkan Amerika. Buku ini adalah kelanjutan tulisan Lewis sebelumnya yang menggegerkan dunia, "What went wrong".

Dimana letak daya tarik buku "What Went Wrong" tersebut sampai menjadi best-seller? Karena Lewis bercerita satu hal yang langsung menusuk ke ulu hati: umat Islam telah mundur dan terbelakang. Dalam buku "What Went Wrong" ini Lewis bercerita tentang sikap resistensi umat Islam pada kemajuan, dan kegagalan umat Islam untuk mengejar ketertinggalan dari bangsa-bangsa Eropa. Padahal dua atau tiga ratus tahun sebelumnya, umat Islam jaya. Intinya, sejak abad 19-an, oleh sebagian politisi, misalnya Kamal Attaturk, para pemikir, seperti Ali Abdurraziq, dan lain-lain, kemunduran Umat Islam ini dicoba untuk dihilangkan. Berhasilkah? Kagak. Dan buku "What Went Wrong" tersebut bercerita seputar itu.

Lebih tragisnya, kemunduran umat Islam itu disikapi oleh umat Islam sendiri, tidak hanya dengan keengganan untuk bersedia maju dan membangun diri dengan membuka diskursus dan dekonstruksi pemikiran dan kepercayaan yang ada dalam diri mereka. Tapi alih-alih malah menyalahkan Amerika. Stagnasi, kemiskinan, kebobrokan, dan kemunduran, bukan dicari titik sebabnya oleh umat Islam sendiri, tapi mencoba berkilah bahwa semua itu adalah dikarenakan policy AS di wilayah global. Lewis dalam buku berikutnya, "The Crisis of Islam", bercerita soal ini. Lihat saja, ujar Lewis, kemiskinan di dunia Islam dikatakan karena dunia Islam dijadikan kambing perah untuk produk-produk AS. Kekalutan politik, kata umat Islam, karena campur tangan AS, dan seterusnya. Betulkah kata Lewis tersebut? Saya coba mencari jawabannya: embuh, gak ruh aku.

Sepertinya, sikap suka menyalahkan orang tersebut karena faktor ketidak-mampuan dan inferioritas umat Islam sendiri. Tapi singkat kata, cara umat Islam untuk maju adalah "meniru Barat" -- seperti ajakan Ulil, yang mengikuti ajakan Ali Abdurraziq dan kawan-kawannya seratus tahun yg lalu. Islam Liberal? Why not?

Satu lagi, tambahan, ketika semua gerakan Islam dan organisasi Islam non-NU banyak bergerak didanai oleh Saudi, kenapa anak-anak NU tidak boleh bergerak untuk menandingi gerakan mereka meskipun itu harus mengambil dana dari Amerika? (Emangnya untuk bergerak, anak-anak NU harus memakai dana dari mana? Saudi? Ingat, kemunculan NU karena untuk menandingi gerakan Wahabi.)
Apakah hanya karena didanai oleh Saudi lantas gerakan non-NU itu "bersih"?
Dan gerakan pemikiran anak-anak NU "sesat"?
Come on !!!!!!!

http://groups.yahoo.com/group/Kebangkitan_Bangsa/message/3018/