Friday, September 03, 2004

Muhammadiyah akan Ditinggal Orang?

Cak Noval,

Perspektif Syafiq A. Mughni menarik, ".....kita tidak usah mengeluh mengapa dalam perjalanannya banyak pemikiran aktivis Muhammadiyah yang sangat dipengaruhi oleh karya-karya tokoh al Irsyad dan Persatuan Islam...."

Saya mengamini pendapat tersebut. Selain KH Mas Mansur, betul, hampir tidak ada ideolog lain dalam Muhammadiyah. Keadaan ini, menurut saya, menjadikan Muhammadiyah tidak kelihatan jenis kelaminnya. Bahkan bisa dibilang, Muhammadiyah sama sekali tidak punya "jenis kelamin".

Ketika majalah Al-Muslimun berjaya, pemikiran dan ideologi Persis diserap oleh Muhammadiyah, dan Muhammadiyah sendiri tidak menawarkan apa-apa. Dari situ, ajaran Wahabisme menjadi sangat kental di tubuh Muhammadiyah. Perang TBC gencar dilancarkan.

Memasuki tahun 1980-an, ketika pasar buku Indonesia dibanjiri oleh terjemahan buku-buku Sayyid Qutb, dan tren pemikiran Islam beralih ke Ikhwanul Muslimin, Muhammadiyah pun ikut-ikutan. Amien Rais termasuk salah satu yang berandil memperkenalkan ideologi Ikhwanul Muslimin ke tengah-tengah warga Muhammadiyah. Menariknya, lagi-lagi, Muhammadiyah hanya menjadi pembaca, sama sekali tidak ikut memperkaya dan memperdalam wacana tersebut.

Karena itu, ketika anak-anak muda Islam Indonesia sedang rindu pada warna Islam alternatif, mereka sama sekali tidak melirik Muhammadiyah. Malahan, anak-anak muda Muhammadiyah mendirikan kelompok-kelompok terpisah, seperti Usroh, Tarbiyah, dan lain-lain, termasuk PKS. Kenapa? Karena Muhammadiyah tidak menawarkan ideologi apa-apa.

Betul, seperti tulis Syafiq Mughni, ideolog Muhammadiyah hanya KH Mas Mansur. Itupun belum terelaborasi secara mendalam. Muhammadiyah sebagai organisasi Islam, seharusnya menawarkan alternatif warna Islam, sehingga kehausan generasi muda Islam Indonesia bisa terobati. Nyatanya, tidak. Sifat suka meminjam warna dan garis Islam dari kelompok lain, Wahabisme lewat Persis, Revivalisme milik Ikhwanul Muslimin melalui Usroh, Tarbiyah, dan PK, pada gilirannya membuat Muhammadiyah tidak punya jenis kelamin, banci.

Di samping itu, saya percaya, tidak sedikit anak-anak Muhammadiyah yang mengkonsumsi bacaan kelompok PK, seperti Sabili, Ummi, Annida, dan lain-lain. Mana bacaan Muhammadiyah yang patut menjadi konsumsi warga Muhammadiyah sendiri yang memiliki bobot ideologis setingkat buku dan majalah-majalah kelompok PK tersebut?

Saya sudah menebak dari awal, saat Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM) muncul, maka akan langsung memanen perlawanan keras dari kalangan Muhammadiyah sendiri. Kenapa? Karena warga Muhammadiyah dalam kebingungan dan disorientasi keagamaan. Muhammadiyah tidak memiliki ideologi keagamaan tersendiri. Selama ini cuman nebeng ke kelompok Islam lain.

Prediksi saya ke depan, Muhammadiyah tidak lagi menarik, dan akan ditinggal orang.

http://groups.yahoo.com/group/Muhammadiyah_Society/message/7009/